1/10/2025

Cariu Berkelas, Cara Dini Ajak Siswa Rawat Identitas Lokal


KAB. BOGOR -
 Guru SMKN 1 Cariu Kab. Bogor, Dini Nur'aini meraih juara terbaik pertama kategori Guru SMK Dedikatif Tingkat Jabar 2024. Ia menghadirkan inovasi pembelajaran bertajuk "Cariu Berkelas" (Berkelanjutan dan Kearifan Lokal dalam Aksi Sains).

Dini menjelaskan, inovasi tersebut adalah penggabungan dari dua tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yakni kearifan lokal dan gaya hidup berkelanjutan. Ini bertujuan agar para siswa mengenal dan tetap melestarikan kearifan lokal sebagai identitas daerah. 

Usahanya bukan tanpa alasan. Dengan penetrasi kemajuan teknologi serta kondisi agraris di Kecamatan Cariu dan sekitar yang sedang beralih dari desa ke kota, tak sedikit siswa yang tak lagi mengenal bagaimana budaya dan kebiasaan keseharian di rumahnya. 

"Lima puluh persen orang tua siswa di sini adalah petani, peternak, dan berkebun. Namun, tak ada yang mau jika diajak ke sawah, memegang cangkul juga ada yang enggak bisa. Tak ada lagi yang mau menjadi petani atau peternak, inginnya jadi karyawan," ungkap Dini saat ditemui di sekolah, baru-baru ini. 

Ia tak menyalahkan mimpi para siswa, namun ia menekankan untuk tidak memandang sebelah mata profesi tradisional yang ada. Sebab, jika memandang seperti itu, bisa dipastikan "desanya akan hilang". "Nah, saya coba sedikit-sedikit untuk terus sisipkan dalam pembelajaran," tutur guru mata pelajaran project IPAS tersebut. 

Contoh kecil yang dilakukan Dini terlihat di salah satu halaman kelas. Ia mengajak para siswa menanam kangkung. Awalnya Dini merasa kesulitan sebab sebagian siswa bahkan tak tahu apa itu pupuk organik. "Jadi, akhirnya saya tugaskan bagi yang orang tuanya peternak untuk membawa tahi domba. Padahal anak desa, tapi mereka jijik. Jadi kehilangan identitasnya pisan," selorohnya. 

Namun, semuanya terus berproses. Tiga bulan setelahnya, kangkung pun tumbuh. Bagi guru kelahiran Bogor, 2 Agustus 1988 ini, bukan hanya kangkung yang dipanen, tapi juga rasa bahagia para siswa. "Mereka sangat terlihat senang, akhirnya kangkung pun dibawa sama anak-anak untuk diolah dan beberapa juga dimasak oleh guru," ungkapnya. 

Yang tak kalah menarik, cerita Dini, adalah saat mengajak anak-anak ke irigasi di dekat rumahnya untuk menangkap ikan di akhir pekan. Ia membagi kelompok kecil untuk menangkap ikan menggunakan naheun bubu (memasang perangkap penangkap ikan). "Saat mengeluarkan alat itu, salah satu siswa ada yang bilang, 'Ibu itu apa, aku baru lihat'," kata Dini menirukan siswanya. 

Perangkap pun di pasang sore untuk diangkat besok pagi. "Jam enam pagi kita janjian dan mengangkat perangkapnya, mereka seneng luar biasa karena mendapat ikan satu ember penuh," ceritanya. 

Semua pengalaman, inovasi pembelajaran, dan visi yang ingin disampaikan pun tertuang dalam dua buku yang baru saja ia terbitkan, yakni "Cariu  Berkelas" dan "Cariu Dari Masa ke Masa." Selain media penuang ide, buku yang digarap melibatkan siswa ini juga bertujuan untuk mengabadikan Cariu dan perubahannya dari waktu ke waktu.

Rangkaian inovasi yang dilakukan Dini tak lain demi mengajak anak-anak terus menjaga identitas kearifan lokalnya lestari. "Walaupun tinggal di desa, jangan desaan (kampungan). Namun, identitasnya juga jangan sampai hilang," ucap guru lulusan UPI dan Universitas Indraprasta PGRI Jakarta ini. 

Upaya yang melahirkan prestasi tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Dini sempat merasa tak percaya diri karena hal-hal kecil yang ia lakukan dianggap belum tentu berpengaruh dan memberi manfaat ke depannya. Namun, ia meyakini bahwa hal kecil ini adalah bekal untuk ke depan. "Karena, perubahan besar selalu dimulai dari hal kecil. Saya coba kuatkan diri saya bahwa ini akan bagus untuk karakter anak ke depannya," tegasnya.

Terlebih, ia selalu mendapat dorongan luar biasa dari seluruh keluarga besar SMKN 1 Cariu, tak terkecuali kepala sekolah. "Dukungan dari  Pak Rudi luar biasa. Beliau terus memberikan semangat, motivasi, dan selalu mendorong kalau saya pasti bisa. Awalnya saya pesimis karena berasal dari kampung, bingung apa yang mau diangkat (inovasinya). Tapi, beliau selalu memberi penguatan," imbuh guru yang hobi bercocok tanam ini. 

Baginya, prestasti yang diraih adalah awal untuk terus menjadikan "Cariu Berkelas" yang berkelanjutan. "Jangan sampai stuck, jadi juara adalah motivasi untuk terus bertanggung jawab melangkah ke depan dengan terus berproses," pungkasnya.

kilas media

@ Hikmah Harian

”Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, pen), (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (Lafadz ini adalah lafadz Muslim no. 122)

Subscribe via Email :