BANDUNG - Pemerintah Kota (Pemkot) terus berupaya mengatasi banjir yang kerap terjadi di beberapa lokasi. Setelah pembuatan biopori, drumpori, dan kolam retensi, Pemkot Bandung mencoba metode baru yaitu sumur imbuhan dalam.
Salah satu titik sumur imbuhan dalam sungai yang tengah diujicobakan yaitu di kawasan Rusunawa Cingised. Sumur imbuhan ini diyakini mampu menampung air genangan sampai 6 liter per detik.
"Setelah biopori, drumpori, dan lebih besar lagi kolam retensi. Sekarang ada teknologi ini yang diklaim bisa menampung air genangan sampai 6 liter per detik," kata Wali Kota Bandung, Oded M. Danial usai meninjau sumur imbuhan dalam, Senin 16 November 2020.
Oded berharap dengan sumur imbuhan tersebut, titik-titik genangan air di Kota Bandung bisa lebih cepat surut dan masuk ke dalam tanah, dengan 10 titik yang menjadi uji coba.
"Insyaallah ke depan akan diperbanyak, ini prototipe yang pertama. Kalau lihat hasilnya ternyata efektif dan bagus ini bisa menjadi solusi mempercepat kita dalam menangani persoalan banjir di Kota Bandung," ungkapnya.
"Ketika Pak Kadis PU menyampaikan rencana 10 prototipe sumur imbuhan ini, saya arahkan supaya diprioritaskan di wilayah cekungan Bandung yang paling dalam yaitu di daerah timur, Gedebage ini," lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Balai Air Tanah, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ahmad Taufiq mengatakan sumur imbuhan ini mempunyai dua manfaat, yakni mengurangi genangan dan menambah cadangan air tanah.
"Perangkatnya selain sumur, ada bangunan pengolah dengan beberapa langkah dan dengan instrumentasi. Sebelumnya kita lakukan penelitian dan monitoring. Ini efektif untuk kota-kota dengan genangan dan memperbaiki air tanah," katanya.
"Ujicobanya sudah kita lakukan tiga tahun. Sebelumnya kita bangun di daerah Rancaekek, Cimahi, dan itu berhasil. Akhirnya kita kerja sama dengan DPU di Kota Bandung ini," lanjutnya.
Taufiq pun menyampaikan, dengan kedalaman sumur 100 meter, tidak akan menggerus lahan di bawahnya. Karena sumur imbuhan sudah didesain dengan kapasitasnya tidak bisa melebihi kapasitas yang diserapnya.
"Jadi kita desain tidak bisa over. Kalau dicoba dengan kapasitas sumur ini (6 liter per detik) dengan 8 liter, susah menyerapnya. Jadi sesuai kemampuan menyerapnya. Desain bangunan pengolahnya, saluran masuknya juga harus disesuaikan dengan kapasitas," ucapnya.
Taufiq mencontohkan, kemampuan menyerap genangan dengan tinggi genangan 50 cm dikalikan dengan luas genangan akan bisa diketahui berapa meter kibik jumlah airnya. Lalu dihitung dengan kemampuan 6 liter akan habis dalam berapa jam.
"Jadi dengan sumur ini akan mempercepat turunnya genangan karena kita imbuhkan. Prinsipnya kita juga olah dulu, ada tiga filter, trash box untuk sampah, genangan sedimentasi yang membuat sedimennya turun, baru filter kasar seperti kerikil, baru nanti pasir, terakhir ke limpas," katanya.
"Dengan metode ini juga relatif lebih mudah daripada misalnya membangun kolam retensi. Karena membebaskan lahan di daerah perkotaan tidak mudah," lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, Didi Ruswandi mengatakan menyamnut baik dengan teknologi sumur imbuhan dalam, karena saat ini pihaknya juga tengah fokus pada memarkir dan meresapkan air
"Untuk memarkir biasanya pakai kolam retensi. Tapi itu butuh luasan yang besar dan tidak mudah, harus di daerah yang ada sungai dan cekungan. Sementara luasnya belum tentu kita punya," katanya.
"Meresapkan air juga menjadi pilihan yang akan dominan, waktu drumpori diperkenalkan oleh Walikota dan Wakil Walikota, dulunya yang masyarakat kurang begitu antusias, sekarang banyak yang minta untuk dibuatkan," tambahnya.
Menurut Didi, pada tahun 2020 rencananya membangun 10 sumur imbuhan. Harapannya menjadi solusi menyelesaikan masalah genangan.
"Mudah-mudahan hasilnya baik ke depan, saat ini lokasi yang dibangun sumur imbuhan 3 di Adipura, 2 di Panyileukan, 1 di SMPN 48, SD Derwati, RW3 Derwati, dan Pasar Induk Gedebage," katanya.
Salah satu titik sumur imbuhan dalam sungai yang tengah diujicobakan yaitu di kawasan Rusunawa Cingised. Sumur imbuhan ini diyakini mampu menampung air genangan sampai 6 liter per detik.
"Setelah biopori, drumpori, dan lebih besar lagi kolam retensi. Sekarang ada teknologi ini yang diklaim bisa menampung air genangan sampai 6 liter per detik," kata Wali Kota Bandung, Oded M. Danial usai meninjau sumur imbuhan dalam, Senin 16 November 2020.
Oded berharap dengan sumur imbuhan tersebut, titik-titik genangan air di Kota Bandung bisa lebih cepat surut dan masuk ke dalam tanah, dengan 10 titik yang menjadi uji coba.
"Insyaallah ke depan akan diperbanyak, ini prototipe yang pertama. Kalau lihat hasilnya ternyata efektif dan bagus ini bisa menjadi solusi mempercepat kita dalam menangani persoalan banjir di Kota Bandung," ungkapnya.
"Ketika Pak Kadis PU menyampaikan rencana 10 prototipe sumur imbuhan ini, saya arahkan supaya diprioritaskan di wilayah cekungan Bandung yang paling dalam yaitu di daerah timur, Gedebage ini," lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Balai Air Tanah, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Ahmad Taufiq mengatakan sumur imbuhan ini mempunyai dua manfaat, yakni mengurangi genangan dan menambah cadangan air tanah.
"Perangkatnya selain sumur, ada bangunan pengolah dengan beberapa langkah dan dengan instrumentasi. Sebelumnya kita lakukan penelitian dan monitoring. Ini efektif untuk kota-kota dengan genangan dan memperbaiki air tanah," katanya.
"Ujicobanya sudah kita lakukan tiga tahun. Sebelumnya kita bangun di daerah Rancaekek, Cimahi, dan itu berhasil. Akhirnya kita kerja sama dengan DPU di Kota Bandung ini," lanjutnya.
Taufiq pun menyampaikan, dengan kedalaman sumur 100 meter, tidak akan menggerus lahan di bawahnya. Karena sumur imbuhan sudah didesain dengan kapasitasnya tidak bisa melebihi kapasitas yang diserapnya.
"Jadi kita desain tidak bisa over. Kalau dicoba dengan kapasitas sumur ini (6 liter per detik) dengan 8 liter, susah menyerapnya. Jadi sesuai kemampuan menyerapnya. Desain bangunan pengolahnya, saluran masuknya juga harus disesuaikan dengan kapasitas," ucapnya.
Taufiq mencontohkan, kemampuan menyerap genangan dengan tinggi genangan 50 cm dikalikan dengan luas genangan akan bisa diketahui berapa meter kibik jumlah airnya. Lalu dihitung dengan kemampuan 6 liter akan habis dalam berapa jam.
"Jadi dengan sumur ini akan mempercepat turunnya genangan karena kita imbuhkan. Prinsipnya kita juga olah dulu, ada tiga filter, trash box untuk sampah, genangan sedimentasi yang membuat sedimennya turun, baru filter kasar seperti kerikil, baru nanti pasir, terakhir ke limpas," katanya.
"Dengan metode ini juga relatif lebih mudah daripada misalnya membangun kolam retensi. Karena membebaskan lahan di daerah perkotaan tidak mudah," lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, Didi Ruswandi mengatakan menyamnut baik dengan teknologi sumur imbuhan dalam, karena saat ini pihaknya juga tengah fokus pada memarkir dan meresapkan air
"Untuk memarkir biasanya pakai kolam retensi. Tapi itu butuh luasan yang besar dan tidak mudah, harus di daerah yang ada sungai dan cekungan. Sementara luasnya belum tentu kita punya," katanya.
"Meresapkan air juga menjadi pilihan yang akan dominan, waktu drumpori diperkenalkan oleh Walikota dan Wakil Walikota, dulunya yang masyarakat kurang begitu antusias, sekarang banyak yang minta untuk dibuatkan," tambahnya.
Menurut Didi, pada tahun 2020 rencananya membangun 10 sumur imbuhan. Harapannya menjadi solusi menyelesaikan masalah genangan.
"Mudah-mudahan hasilnya baik ke depan, saat ini lokasi yang dibangun sumur imbuhan 3 di Adipura, 2 di Panyileukan, 1 di SMPN 48, SD Derwati, RW3 Derwati, dan Pasar Induk Gedebage," katanya.