Bandung, - Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memerangi stunting semakin serius. Hal ini dibuktikan melalui peluncuran program Bandung Tanginas (Bandung Tanggap Stunting dengan Pangan Aman dan Sehat) di Kantor Kecamatan Ujungberung, Selasa 7 September 2020.
Program ini diluncurkan langsung oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial.
"Semoga Bandung tanginas bisa menekan angka stunting dengan cara berkolaborasi antara masyarakat dan SKPD terkait, seperti Dinas Pangan dan Pertanian, Dinas Kesehatan, dan lainnya. Semua berkolaborasi menghadirkan makanan bergizi," paparnya.
Menurutnya, dukungan seluruh elemen masyarakat harus terus berlanjut untuk menekan angka stunting. Hal itu juga ditunjukan selama ini.
Terbukti, pada tahun 2018 angka stunting itu di sekitar 25,8 persen
Angka tersebut turun menjadi 25,3 persen pada tahun 2019.
"Semoga tahun ini bisa semakin turun," tutur Oded.
Oded menegaskan, menghadirkan makanan bergizi tidak perlu mahal. Pangan bergizi bisa didapat dari sayuran dan telur. Namun perlu komitmen kuat setiap warga untuk menghadirkan makanan bergizi bagi keluarganya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bandung, Siti Muntamah mengatakan, saat ini jumlah anak di bawah lima tahun (Balita) stunting di Kota Bandung mencapai 8.121 orang. Dan sekitar 2.700 masuk kategori bayi di bawah dua tahun (Batuta). Sementara 50.000 penduduk lainnya masuk kategori rawan stunting.
"Sebanyak 2.700 orang itu akan diintervensi secara khusus oleh kami melalui program Tanginas. Mereka ada di 15 kelurahan di 11 kecamatan di Kota Bandung," ujar Siti.
Menurutnya, ada empat faktor terjadinya stunting pada anak. Di antaranya, pendidikan, gizi buruk, ekonomi, sanitasi.
Selain itu, di masa pandemi Covid-19 ini menjadikan anak-anak menjadi rawan stunting.
"Ada warga miskin baru. Untuk itu, kita harus meningkatkan 'skill' keluarga untuk tetap menghadirkan makanan-makanan yang sehat. Pangan yang aman dan sehat untuk para putra putri kita terhindar dari stunting," katanya.
Oleh karena itu, menurut Siti, ada tiga hal yang akan dilakukan oleh TP PKK Kota Bandung pada program Bandung Tanginas ini, antara lain intervensi spesifik, membuat pekarangan pangan yang aman dan sehat, dan pelatihan peningkatan ekonomi keluarga atau Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K).
Siti menjelaskan, intervensi spesifik yaitu dengan memberikan pangan sehat atau asupan gizi bagi di bawah 2 tahun. Demikian pula kepada ibu hamil minimal 1 kali kepada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan yang dikelola oleh Tim PKK kewilayahan.
"Buruan Sae ini, akan menjadi gambaran serta program yang akan dimasifkan di seluruh kewilyahan, termasuk yang terutama bagi wilayah-wilayah yang memiliki anak batuta, balita dan rawan stunting sehingga pangan aman dan sehat terpenuhi," jelas Umi sapaan akrabnya. *Red
Program ini diluncurkan langsung oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial.
"Semoga Bandung tanginas bisa menekan angka stunting dengan cara berkolaborasi antara masyarakat dan SKPD terkait, seperti Dinas Pangan dan Pertanian, Dinas Kesehatan, dan lainnya. Semua berkolaborasi menghadirkan makanan bergizi," paparnya.
Menurutnya, dukungan seluruh elemen masyarakat harus terus berlanjut untuk menekan angka stunting. Hal itu juga ditunjukan selama ini.
Terbukti, pada tahun 2018 angka stunting itu di sekitar 25,8 persen
Angka tersebut turun menjadi 25,3 persen pada tahun 2019.
"Semoga tahun ini bisa semakin turun," tutur Oded.
Oded menegaskan, menghadirkan makanan bergizi tidak perlu mahal. Pangan bergizi bisa didapat dari sayuran dan telur. Namun perlu komitmen kuat setiap warga untuk menghadirkan makanan bergizi bagi keluarganya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bandung, Siti Muntamah mengatakan, saat ini jumlah anak di bawah lima tahun (Balita) stunting di Kota Bandung mencapai 8.121 orang. Dan sekitar 2.700 masuk kategori bayi di bawah dua tahun (Batuta). Sementara 50.000 penduduk lainnya masuk kategori rawan stunting.
"Sebanyak 2.700 orang itu akan diintervensi secara khusus oleh kami melalui program Tanginas. Mereka ada di 15 kelurahan di 11 kecamatan di Kota Bandung," ujar Siti.
Menurutnya, ada empat faktor terjadinya stunting pada anak. Di antaranya, pendidikan, gizi buruk, ekonomi, sanitasi.
Selain itu, di masa pandemi Covid-19 ini menjadikan anak-anak menjadi rawan stunting.
"Ada warga miskin baru. Untuk itu, kita harus meningkatkan 'skill' keluarga untuk tetap menghadirkan makanan-makanan yang sehat. Pangan yang aman dan sehat untuk para putra putri kita terhindar dari stunting," katanya.
Oleh karena itu, menurut Siti, ada tiga hal yang akan dilakukan oleh TP PKK Kota Bandung pada program Bandung Tanginas ini, antara lain intervensi spesifik, membuat pekarangan pangan yang aman dan sehat, dan pelatihan peningkatan ekonomi keluarga atau Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K).
Siti menjelaskan, intervensi spesifik yaitu dengan memberikan pangan sehat atau asupan gizi bagi di bawah 2 tahun. Demikian pula kepada ibu hamil minimal 1 kali kepada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan yang dikelola oleh Tim PKK kewilayahan.
"Buruan Sae ini, akan menjadi gambaran serta program yang akan dimasifkan di seluruh kewilyahan, termasuk yang terutama bagi wilayah-wilayah yang memiliki anak batuta, balita dan rawan stunting sehingga pangan aman dan sehat terpenuhi," jelas Umi sapaan akrabnya. *Red