Bandung, - Sebagai bagian dari Jaringan Kota Kreatif United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Kota Bandung terus memelihara pertumbuhan ekonomi sektor kreatif. Bahkan, kreativitas telah menjadi tulang punggung ekonomi warga kota selama bertahun-tahun.
Karenanya, perkembangan industri kreatif dan pemeliharaan produk unggulan Kota Bandung dijadikan bahan kajian oleh Kementerian Dalam Negeri. Kajian ini dilakukan untuk melihat dampak kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi kreatif terhadap pengembangan produk kreatif.
Untuk mendapatkan bahan kajian, Kemendagri bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbang) Kota Bandung.
Bappelitbang dan Kemendagri menggelar Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) bersama berbagai stakeholder yang berkaitan dengan pengembangan industri kreatif. Agenda tersebut dihadiri oleh Plh. Sekretaris Daerah Kota Bandung Evi S. Shaleha, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Tamsil Tahir, Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki C. Satari, Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) Dwinita Larasati, serta perwakilan dari Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Selasa (20/3/18).
Tamsil Tahir menjelaskan bahwa kajian melalui diskusi terpumpun kali ini merupakan langkah yang sangat strategis. Sebagaimana aturan pemerintah yang mengharuskan adanya perumusan kajian sebagai dasar pembuatan kebijakan. Hasil diskusi ini akan menjadi landasan kebijakan yang akan berpengaruh secara nasional.
"Dampak kajian ini sangat besar, apalagi di Kota Bandung yang sebagian besar kegiatan perdagangannya dari industri kreatif," ujar Tamsil.
Ia mengatakan, Kota bandung memiliki 30 sentra industri dan 270 produk unggulan. Apalagi, Kota Bandung dipenuhi pula dengan komunitas kreatif. Belum lagi ada banyak perguruan tinggi yang selalu melakukan inovasi kreatif di Kota Bandung.
"Hasil kajian ini sangat penting, formulasi yang dirumuskan oleh pemerintah pusat akan sangat berpengaruh secara nasional," ujarnya.
Berbagai masukan disampaikan dalam pertemuan tersebut. Dwinita, atau yang karib disapa Tita, memaparkan tentang tindakan pemerintah bekerja sama dengan komunitas dan perguruan tinggi untuk meningkatkan nilai produk-produk kreatif. Apalagi Pemkot Bandung telah membentuk Komite Ekonomi Kreatif yang bertugas untuk melakukan pengawasan, pendampingan, dan pengawalan segala bentuk aktivitas kreatif di Kota Bandung.
"Di Kota Bandung ada lebih dari 200 perguruan tinggi, dan ada 12 yang memiliki jurusan desain. Pemkot bisa mempergunakan kesempatan tersebut untuk meningkatkan value dari ekonomi kreatif," ujar Tita yang juga dosen Institut Teknologi Bandung.
Sedangkan Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki C. Satari mengedepankan pentingnya kajian data dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang ekonomi kreatif. Data tersebut juga dapat memperjelas peta produksi dan pasar produk kreatif Kota Bandung agar bisa lebih dioptimalkan.
"Contohnya, di Leuwipanjang ada produksi makanan yang enak rasanya, tapi dijualnya jauh hingga di KM 88. Sedangkan tak jauh dari tempat produksi itu, ada terminal yang juga menjual makanan sejenis tapi produknya malah berasal dari luar Kota Bandung. Di sinilah peran pemerintah untuk bisa membantu para pelaku usaha menemukan pasarnya," terangnya.
Karenanya, perkembangan industri kreatif dan pemeliharaan produk unggulan Kota Bandung dijadikan bahan kajian oleh Kementerian Dalam Negeri. Kajian ini dilakukan untuk melihat dampak kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi kreatif terhadap pengembangan produk kreatif.
Untuk mendapatkan bahan kajian, Kemendagri bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbang) Kota Bandung.
Bappelitbang dan Kemendagri menggelar Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) bersama berbagai stakeholder yang berkaitan dengan pengembangan industri kreatif. Agenda tersebut dihadiri oleh Plh. Sekretaris Daerah Kota Bandung Evi S. Shaleha, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Tamsil Tahir, Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki C. Satari, Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) Dwinita Larasati, serta perwakilan dari Bagian Ekonomi Setda Kota Bandung, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Selasa (20/3/18).
Tamsil Tahir menjelaskan bahwa kajian melalui diskusi terpumpun kali ini merupakan langkah yang sangat strategis. Sebagaimana aturan pemerintah yang mengharuskan adanya perumusan kajian sebagai dasar pembuatan kebijakan. Hasil diskusi ini akan menjadi landasan kebijakan yang akan berpengaruh secara nasional.
"Dampak kajian ini sangat besar, apalagi di Kota Bandung yang sebagian besar kegiatan perdagangannya dari industri kreatif," ujar Tamsil.
Ia mengatakan, Kota bandung memiliki 30 sentra industri dan 270 produk unggulan. Apalagi, Kota Bandung dipenuhi pula dengan komunitas kreatif. Belum lagi ada banyak perguruan tinggi yang selalu melakukan inovasi kreatif di Kota Bandung.
"Hasil kajian ini sangat penting, formulasi yang dirumuskan oleh pemerintah pusat akan sangat berpengaruh secara nasional," ujarnya.
Berbagai masukan disampaikan dalam pertemuan tersebut. Dwinita, atau yang karib disapa Tita, memaparkan tentang tindakan pemerintah bekerja sama dengan komunitas dan perguruan tinggi untuk meningkatkan nilai produk-produk kreatif. Apalagi Pemkot Bandung telah membentuk Komite Ekonomi Kreatif yang bertugas untuk melakukan pengawasan, pendampingan, dan pengawalan segala bentuk aktivitas kreatif di Kota Bandung.
"Di Kota Bandung ada lebih dari 200 perguruan tinggi, dan ada 12 yang memiliki jurusan desain. Pemkot bisa mempergunakan kesempatan tersebut untuk meningkatkan value dari ekonomi kreatif," ujar Tita yang juga dosen Institut Teknologi Bandung.
Sedangkan Ketua Indonesia Creative Cities Network (ICCN) Fiki C. Satari mengedepankan pentingnya kajian data dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang ekonomi kreatif. Data tersebut juga dapat memperjelas peta produksi dan pasar produk kreatif Kota Bandung agar bisa lebih dioptimalkan.
"Contohnya, di Leuwipanjang ada produksi makanan yang enak rasanya, tapi dijualnya jauh hingga di KM 88. Sedangkan tak jauh dari tempat produksi itu, ada terminal yang juga menjual makanan sejenis tapi produknya malah berasal dari luar Kota Bandung. Di sinilah peran pemerintah untuk bisa membantu para pelaku usaha menemukan pasarnya," terangnya.